Kamis, 26 Februari 2009

Fenomena Program Akta Mengajar bagi Sarjana Non Kependidikan

Sejak pemerintah menetapkan UU Sisdiknas dan diiringi dengan UU tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan dosen pun menjadi fenomena dibanding dengan profesi lain di dunia pendidikan. Profesi yang sebelumnya begitu ditakuti dan dihindari untuk digeluti, sekarang seolah mempunyai daya tarik yang sangat kuat yang membuat banyak orang, terutama lulusan baru dari perguruan tinggi, untuk terjun ke profesi ini.
Pemberdayaan guru pun sangat diperlukan untuk mendorong kemajuan pendidikan. Guru yang profesional dapat membuat suatu inovasi pembelajaran yang dapat membawa suatu pembaharuan yang konstruktif dalam pendidikan. Namun seiring dengan perkembangan waktu yang ditandai dengan perubahan status beberapa IKIP menjadi universitas, maka fungsi IKIP tidak hanya menghasilkan tenaga guru / pendidik profesional, tetapi juga membuka program non kependidikan dengan tujuan berperan serta menghasilkan ilmuwan professional bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Selain tujuan utama LPTK menghasilkan guru dari lulusan mahasiswa jurusan pendidikan, telah dibuka pula program akta mengajar, yang memberikan sertifikat mengajar bagi lulusan sarjana non kependidikan. Karena syarat utama menjadi seorang guru bagi lulusan sarjana non kependidikan harus mempunyai akta mengajar IV ( akta IV). Adanya program akta mengajar IV atau program pembentukan kemampuan mengajar (PPKM) bertujuan untuk membekali kompetensi mengajar yang profesional. Kompetensi mengajar yang dimaksud adalah kemampuan penguasaan materi bidang studi dan memadukannya dengan metodologi pembelajaran yang tepat baik secara teoretik maupun praktik untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Program ini pada dasarnya dibedakan menjadi dua kemampuan, yaitu (1) kemampuan mengajar bidang studi, dan (2) kemampuan mengajar sebagai guru kelas.
Dengan program akta mengajar membuka peluang bagi para lulusan non kependidikan untuk ikut serta meramaikan profesi di dunia kependidikan. Namun oleh sebagian masyarakat, Program akta mengajar kadang dipandang sebagai akal-akalan untuk bisa mendapatkan pekerjaan, mengingat peluang menjadi seorang tenaga pendidik cukup besar. Justru hal semacam ini mestinya menjadi “cambuk pembuktian diri” bagi para mahasiswa akta untuk menepis anggapan semacam itu. Sebenarnya akta mengajar itu bukan sertifikat kelulusan biasa seperti pada kursus-kursus, tetapi merupakan ijasah yang terkait dengan keguruannya. Namun banyak pihak yang melihat bahwa program akta mengajar (bagi sarjana non kependidikan) dianggap melecehkan profesi guru. Betapa tidak, mereka yang sejak awal sama sekali tidak berniat dan tidak berminat concern pada dunia pendidikan, apalagi peningkatan kualitas pendidikan, serta-merta, seolah-olah ikut mengernyitkan dahi melihat keterpurukan dunia pendidikan kita, sehingga mereka merasa perlu turun tangan, cawe-cawe sibuk mendapatkan akta mengajar IV agar diakui sebagai guru atau pendidik. Dengan program akta mengajar IV muncul anggapan bahwa mengajar, mendidik atau menjadi guru formal di sebuah sekolah adalah profesi yang remeh-temeh, gampang, dan bisa dilakukan oleh siapa pun. Seolah-olah untuk menjadi guru, modal yang diperlukan hanyalah selembar sertifikat A-IV yang dapat diperoleh dengan mengikuti perkuliahan ekstensi atau kelas jauh 3-4 semester. 
Menurut saya menjadi guru yang penting adalah kualitasnya, keahlian dibidang yang digelutinya, ada ijazah izin mengajarnya (akta mengajar) bertujuan untuk berkarya ya untuk bangsa ini. Karena guru harus bisa digugu dan ditiru tidak hanya kemampuan akademik saja, tapi juga kompetensi sosial, personal, baru kompetensi.
Saya juga seorang guru yang berasal dari ilmu murni (non kependidikan) dan sudah menempuh akta mengajar IV. Hanya orang yang berpikiran picik yang menganggap profesi guru adalah profesi yang remeh temeh. Dan menjadi guru juga tidak di haruskan dari lulusan FKIP. Namun pada kenyataannya bahwa yang lulusan sarjana non kependidikan juga bisa mentranformasikan ilmunya kepada murid-muridnya. Namun yang penting karena kemampuan dan kualitas dalam mengajar maupun mendidik murid-muridnya. Sehingga tidak perlu dipermasalahkan dari lulusan sarjana non kependidikan yang mempunyai akta mengajar untuk tidak mumpuni jadi guru.
Namun yang perlu diketahui pula bagi masyarakat, sesungguhnya sangatlah tidak mudah untuk menjadi guru. Apalagi tanggung jawab yang diemban juga sangat berat, karena menyangkut masa depan tiap peserta didik.



Sumber: Program Akta Mengajar dan Sertifikasi Guru ;Universitas Negeri Jakarta

Selasa, 24 Februari 2009

Karang Tekok Sebagai Tempat Uji Coba Roket

Karang Tekok yang berada di perbatasan Kabupaten Situbondo dengan Kabupaten Banyuwangi dijadikan tempat uji coba roket RM Grad 70 MM buatan Ceko oleh MI Korps Marinir. Uji coba roket ini merupakan rangkaian dari latihan puncak TNI AL bersandi Armada Jaya XXVII/2007.Uji coba roket ini dilakukan hari Sabtu, 02 ebruari 2009. Roket itu mampu menghancurkan sasaran seluas tiga hektar dengan jangkauan sekitar 60 kilometer dari pusat penembakannya. Namun karena ini ujicoba, maka jangkauannya hanya distel sekitar 15 kilometer. Kalau sesuai kemampuannya, nanti bisa meledak di Jember. Roket yang dimiliki Marinir sekitar dua tahun lalu itu, bisa diluncurkan satu kali dalam satu laras sebanyak 40 unit sekaligus.
Selain peluncuran roket, sebanyak 1.300 prajurit korps baret ungu Marinir akan melakukan pendaratan di Pantai Banongan, Situbondo sebagai simulasi penyerangan terhadap kekuatan musuh yang berada di daratan. Latihan Armada Jaya kali ini melibatkan 23 kapal perang berbagai jenis dari Koarmatim bermarkas di Surabaya dan Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) serta Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang bermarkas di Jakarta.

Semula direncanakan melibatkan 51 kapal perang dengan cadangannya, tapi akhirnya dikurangi, karena kapal-kapal TNI AL itu nantinya akan dilibatkan lagi dalam latihan gabungan TNI yang dilaksanakan Juni atau Juli 2008. Tempat pendaratan Marinir yang semula direncanakan di Kaimana, Papua sebagai puncak latihan juga dipindah ke Karang Tekok.Setelah pendaratan Marinir dan uji coba penembakan roket, kapal-kapal TNI dan personel nantinya akan bertolak menuju ke barat untuk ujicoba penembakan di pulau gundul utara Karimun Jawa.

Semoga dengan keberhasilan uji coba roket di Karang Tekok ini para TNI AL mampu untuk menjadi sosok prajurit Marinir yang memiliki skill dan profesional yang tinggi dibidang penguasaan roket dan startegi pengamanan negara.

Sumber : Antara News

Jumat, 20 Februari 2009

Hasil Riset Ingris, Maniak Facebook Rentan Penyakit

Kebiasaan memperkaya hubungan melalui situs pertemanan perlu diwaspadai. Menurut hasil riset pakar dari Inggris, jika para pencinta jaringan pertemanan di dunia maya, misalnya; Facebook (FB) ataupun Friendster (FS), itu sampai membuat kecanduan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Bergaul di kehidupan nyata tetap lebih baik.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Biologist, jurnal terbitan The Institute of Biology, Inggris, Dr. Aric Sigman memaparkan bahwa kebiasaan bergaul lewat situs pertemanan ini berpotensi mengurangi sosialisasi anatar manusia di kehidupan nyata. Itulah kemudian yang berdampak pada sisi-sisi biologis manusia. Diantaranya, mengubah alur kerja gen, menghambat respons sistem imun, tingkat hormon dan fungsi arteri serta mempengaruhi kondisi mental. Sehingga akan berpotensi meningkatkan resiko gangguan kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung dan dementia (semacam kelainan jiwa). Situs jaringan pertemanan memang dapat menghiasi kehidupan sosial kita. Namun ternyata hal ini bukan menjadi alat untuk mempertinggi hubungan sosial tetapi justru akan menggantikan hubungan sosial.
Dr. Aric Sigman sudah lama memperhatikan gejala sistem sosial seperti itu, khususnya di Inggris yang menjadi lokasi penelitiannya. Dari pengamatannya sejak tahun 1987, interaksi manusia face to face kian menurun. Apalagi sejak media elektronik berkembang pesat dan mengurung banyak manusia dalam kesenangan pribadi dan individual. E-mail ataupun SMS lebih disukai sebagai alat interaksi pengganti dirinya. Perubahan mendasar yang kini mendera warga Inggris adalah makin berkurangnya jumlah menit per hari untuk berinteraksi dengan manusia lain.
Hal utama dari penggunaan media elektronik untuk berkomunikasi dengan sesama mengurangi makna penting dari komunikasi itu sendiri. Kemampuan sosialisasi manusia makin tergerus, begitu juga dalam memahami bahasa tubuh lawan bicara. Ini mekanisme evolusioner yang menunjukan kepad kita bahwa hadir bersama dalam satu wilayah geografis itu lebih bermanfaat. Pasti ada perbedaan antara kehadiran nyata dan penampakan virtual. 
Dr Aric Sigman juga memperkirakan hingga dua dekade mendatang, intensitas percakapan anatara dua manusia atau berkelompok akan makin berkurang. Hal ini bukan berarti tidak gaul teknologi tetapi tujuan teknologi seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan hubungan sosial kita.Silahkan direnungkan !

Sumber: Jawapos 

Kamis, 19 Februari 2009

Dukun Cilik Ponari dari Jombang

Jombang memang lagi terkenal saat ini, karena beberapa warganya menjadi sorotan publik di seluruh media massa. Lihat saja si Penjagal Maut “Ryan”, yang berasal dari Jombang. Dan sekarang ini yang lagi populer adalah dukun cilik “Ponari”.Di tangan Mohammad Ponari inilah segenggam batu bisa mengobati segala macam penyakit. Dukun cilik yang sepanjang pagi hingga malam diburu puluhan ribu orang yang berharap berkah kesembuhan. Kampung halaman Ponari di Desa Balongsari, Jombang, Jawa Timur, pun penuh sesak oleh lautan manusia. 
Ternyata puluhan ribu rakyat miskin yang “sakit” rela antri untuk beroleh kesembuhan, hanya dengan meminum air yang dicelupi “batu ajaibnya” Ponari. Mereka tidak peduli masuk akal atau tidak, yang penting yakin sakitnya sembuh. Dalam kondisi sakit mereka berdesakan & harus antri berjam-jam & justru jatuh korban 4 orang meninggal. Sungguh potret gambaran betapa kesehatan rakyat mayoritas miskin kita “makin sengsara”. Hanya dari “satu titik” di daerah Jombang saja. Belum di titik-titik yang lain di daerah-daerah dari Sabang sampai Merauke. Hidup sehari-hari saja sudah “sengsara” ditambah sakit (parah) jadi “makin sengsara”.
Fenomena dukun seperti Ponari ini bukan kali ini saja terjadi. Cermin dari masyarakat kita yang sakit dan terbelah antara modern realistis dan tradisionil mistis. Bagi Komisi Nasional Perlindungan Anak, praktik dukun yang melibatkan anak ini juga tak layak diteruskan karena mengandung unsur eksploitasi dan terlanggarnya hak-hak anak.Sejak berjuluk dukun cilik, Ponari tak lagi bisa bersekolah. Bangkunya di kelas dibiarkan kosong hampir sebulan. Mohammad Ponari tak lagi menimba ilmu demi merajut masa depan. Hebohnya fenomena dukun cilik Ponari yang bisa menyembuhkan orang sakit melalui batu saktinya ternyata mendapat saingan baru namanya Dewi Sulistiyowati. Dia adalah seorang cewek umur 14 tahun yang masih tetangga desa Ponari, yaitu di Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang. Dewi Sulistiyowati ini juga mempunyai batu sakti yang mirip dengan Ponari. Kabar yang beredar menyebutkan, batu milik Ponari dihuni makhluk gaib bernama Rono, dan batu milik Dewi dihuni makhluk gaib perempuan bernama Rani, dan keduanya bersaudara.Sehingga banyak orang yang berobat ke Ponari dan belum sempat mendapat celupan batu saktinya, mereka beramai - ramai pindah ke Dewi Sulistiyowati ini. Bedanya, cara mengobatinya bukannya di celup, tapi dibacakan do’a di sebelah batu tersebut oleh ayah Dewi Setiawati yang bernama Slamet.
Memang fenomena tersebut terkait dengan kebiasaan bangsa kita yang latah, sehingga pengobatan model batu sakti ramai dibicarakan. Tidak tertutup kemungkinan setelah Dewi Setiawati akan muncul batu - batu sakti yang lain.
Adanya kesembuhan penyakit dari Ponari atau Dewi, didasarkan sugesti pada masyarakat yang dihinggapi rasa kurang percaya pada hal-hal yang bersifat medis karena perawatan medis biasanya membutuhkan proses yang panjang hingga seorang pasien bisa sembuh. Selain memerlukan proses pengobatan yang lama, hasil yang didapat melalui pengobatan medis biasanya baru nampak sedikit demi sedikit. Masyarakat sekarang lebih suka hal yang instan. Jadi tidak mau terlalu repot menunggu proses yang lama
Apapun yang terjadi Ponari memang HEBAT dan TOP banget, diusianya yang masih muda yaitu baru 9 tahun sudah sangat terkenal di Indonesia. Ponari tidak perlu merogoh koceknya untuk membayar iklan ataupun biaya masuk TV dan koran-koran agar terkenal. Bahkan ada pula yang sudah menerbitkan buku tentang riwayat hidup Ponari ini. Tinggal menunggu apa ada sutadara yang mau membuat film tentang Ponari ya..?
Fenomena Ponari ataupun Dewi Sulistiyowati adalah realita dari bangsa kita yang banyak dari masyarakatnya  sedang sakit.

Sumber: Kompas Com

Kisah Uang Seribu Rupiah dan Seratus Ribu

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampyyyuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan..... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada dapa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata : "Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang
pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang
warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.: "Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. "
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!"
"Apa itu?"uang seratus ribu penasaran. "Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di masjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu atau teman-temanmu disana..."

Selasa, 17 Februari 2009

Hari Valentine dalam Hukum Islam

Setiap tanggal 14 Februari selalu dianggap sebagai hari valentine yaitu hari kasih sayang (katanya sih..).Tapi apa benar hari sayang itu hanya dikhususkan setiap tanggal 14 bulan Februari aja? Menurut saya, setiap hari seharusnya selalu menjadi hari kasih sayang, jadi tidak tiap tanggal 14 Februari saja. Kasih sayang yang saya maksud disini bukan hanya kasih sayang antara kekasih atau pacar saja. Tetapi kasih sayang yang global yaitu kasih sayang antara anak kepada kedua orang tua dan sebaliknya, kasih sayang antara guru dengan muridnya bahkan kasih sayang antar sesama.
Khusus untuk orang muslim merayakan hari valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: hari valentine merupakan hari bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam. Kedua: hari valentine dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari valentine, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci serta menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Alhamdulillah, sesungguhnya kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah Subhannahu Wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita.

Judul Asli: Hari Kasih atau Valentine dalam Tinjauan Syariat
Sumber: www.darussalaf.org

Senin, 09 Februari 2009

Pendidikan yang Salah Kaprah, Tanggung Jawab Siapa?

Seorang siswa SMK jurusan tata boga mendapat kesempatan magang DU-DI (Dunia Usaha-Dunia Industri) atau Prakerin (Praktek Kerja Industri) pada sebuah perusahaan asing yang bergerak dalam pembuatan kue dan roti. Namun, ternyata siswa  SMK itu tidak berhasil membuat satu buah kue pun dengan menggunakan resep yang telah ditetapkan oleh perusahaan asing tersebut. Kesalahan siswa itu terletak dalam menerapkan dosis pembuatan kue. 

Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar kue dari perusahaan tersebut mengawasi secara langsung proses pembuatan kue yang selalu dianggap gagal. Masalahnya terletak pada takaran timbangan yang dipakai dalam buku petunjuk pembuatan kue, perusahaan itu hanya menggunakan satuan pound dan ounce

Kesalahan fatal itu muncul karena siswa tersebut mengartikan bahwa  1 pound = 0,5 kg dan 1 ounce (dianggap sebagai ons) =100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah. Akibatnya siswa itu disuruh untuk menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan bahwa ; 1 ounce (dianggap sebagai 1 ons) = 100 gram. 

Usaha maksimum yang dilakukan siswa itu hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram. 

Acuan lain termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah dan dikenal secara internasional tidak bisa ditemukan.

Salah Kaprah Yang Turun Temurun

Lembaga yang paling berwenang atas sistem takar-timbang dan ukur di Indonesia yaitu Direktorat Metrologi ternyata telah lama melarang pemakaian satuan ounce untuk ekuivalen 100 gram
Direktorat Metrologi justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistem Internasional (Metrik) yang diberlakukan resmi di Indonesia. Untuk ukuran berat satuannya adalah gram dan kelipatannya. 

Satuan ounce bukanlah bagian dari sistem metrik ini dan untuk menghilangkan kebiasaan memakai satuan ounce ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak timbangan (bandul atau timbal) yang bertulisan "ounce" dan "pound".

Lepas dari adanya kebiasaan kita mengatakan 1 ounce = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, ternyata tidak pernah ada acuan sistem takar-timbang secara legal atau pengakuan internasional atas satuan ounce yang nilainya setara dengan 100 gram. Dan dalam sistem timbangan legal yang diakui dunia internasional tidak pernah dikenal adanya satuan ons khusus Indonesia. Jadi, hal ini merupakan suatu kesalahan yang diwariskan turun-temurun. Sampai kapan mau dipertahankan ? 

Bagaimana Kesalahan Diajarkan Secara Resmi ?

Saya sendiri pun pernah menerima pengajaran salah tentang hal ini ketika masih duduk dibangku sekolah dasar. Namun ketika harus memasuki dunia kerja nyata kebiasaan salah yang pernah diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan menyesatkan. Kenyataannya di semua sekolah mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram dan anak-anak kita pun menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. "Racun" ini sudah tertanam didalam otak anak-anak kita sejak usia dini. Dari penjelasan para guru pun diketahui bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan atau disarankan oleh Departemen Pendidikan Nasional di Indonesia memang mengajarkan seperti itu. sehingga tidak mungkin bagi para guru untuk melakukan koreksi selama Departemen Pendidikan Nasional belum merubah atau memberikan petunjuk resmi.
Banyak sekali literatur khususnya yang dipakai dalam dunia tehnik dan juga ensiklopedi ternama seperti Britannica, Oxford dan lain-lain yang menyajikan tabel-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi. 

Sebenarnya satuan berat yang umum dipakai sah secara internasional adalah sistem avoirdupois / avdp. (baca : averdupoiz), yaitu :
1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g)
1 pound = 454 gram (bukan 500 g)
1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)
(sumber : Lynette Long, 2003 : Mania Pengukuran, Pakar Raya).
Tanggung Jawab Siapa ?

Maka bila terjadi kasus-kasus serupa diatas sebaiknya Departemen Pendidikan Nasional kita jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada para guru yang mengajarkan kesalahan ini supaya tidak menjadi beban psikologis bagi mereka, dengan cara memberikan acuan sistem timbang legal yang pernah diakui atau diberlakukan secara internasional yang menyatakan bahwa : 1 ons adalah 100 gram dan 1 pound adalah 500 gram. Kalau Departemen Pendidikan Nasional tidak bisa menunjukkan acuannya,”Mengapa hal ini bisa diajarkan secara resmi di sekolah-sekolah dari dulu sampai sekarang? “Pernahkan Departemen Pendidikan menelusuri, di negara mana saja selain Indonesia yang memberlakukan konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram ?

Patut dipertanyakan pula bagaimana tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang masih tetap melestarikan kesalahan ini ?

Kalau Departemen Pendidikan Nasional mau mempertahankan satuan ons yang keliru ini, sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang pemakaian satuan "ons" dalam transaksi legal, maka konsekuensinya adalah harus dibuat sistem baru timbangan Indonesia (versi Depdiknas). Sistem baru ini pun harus diakui lebih dulu oleh dunia internasional sebelum diajarkan kepada anak-anak di sekolah. Perlukah adanya sistem timbangan Indonesia yang konversinya adalah 1 ons (Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound (Depdiknas) = 500 gram? Bagaimana "Ons dan Pound (Depdiknas)" ini dimasukkan dalam sistem metrik yang sudah baku diseluruh dunia ? Siapa yang mau pakai?.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua kalangan, baik kalangan pemerintah, akademis, profesi, bisnis / pedagang, orangtua,sekolah dan juga yang lainnya untuk ikut membuka gambaran dan wacana tentang satuan "ounce dan pound yang keliru dan salah kaprah " dari kegiatan kita sehari-hari. Pengajaran sistem timbang dengan. satuan Ounce dan Pound seharusnya diberikan sebagai pengetahuan disertai kejelasan asal-usul serta rumus konversi yang benar. Hal ini untuk membuang kesalahan yang terlanjur melekat dalam kebiasaan kita yang dapat mencelakakan atau menyesatkan anak-anak kita, generasi penerus bangsa ini. 

Kamis, 05 Februari 2009

Muslimah Hafsari, Ibunda Guru Laskar Pelangi


Sudahkah Anda menonton film Laskar Pelangi? Film ini bertutur tentang kegigihan seorang guru di sebuah pulau terpencil. Meskipun sekolah tempatnya mengajar hampir roboh, dirinya masih tetap gigih dalam memperjuangkannya. Guru tersebut bernama Muslimah Hafsari. Lewat film Laskar Pelangi yang bertutur tentang kehidupan 11 anak Belitung inilah nama Muslimah Hafsari dikenal seantero negeri. Dari sanalah kemudian banyak mata yang terbelalak, betapa ada perempuan berusia 20 tahun yang mau mengabdikan dirinya untuk pendidikan. Padahal gajinya waktu itu hanya Rp 3.000,- bahkan terkadang sebulan hanya dibayar Rp 1.300,-. Untuk hidup kesehariannya, lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP) ini mengaisnya melalui ketrampilan menjahit dan menyulam.(sumber : Majalah Mimbar No.267).

Namun justru kesederhanaan perempuan berjilbab ini yang mampu membuat hati Andrea Hirata berdesir untuk menulis karya agung untuknya. Karena perempuan inilah yang menyihirnya menjadi rakus ilmu dan cinta pengetahuan.

Muslimah Hafsari memang sosok guru yang sangat mengagumkan. Dia belajar keteladanan dari ayahnya, yaitu K.A. Abdul Hamid. Ketika ayahnya sudah mulai sakit-sakitan, namun tetap saja bersemangat kalau diajak berbicara tentang pendidikan. Ini yang membuat Muslimah Hafsari tetap bertekad untuk mengabdikan hidupnya dalam pendidikan. Apapun kondisinya dia akan tetap menjalaninya selama masih mampu.

Satu hal yang dipesankan Muslimah Hafsari kepada semua guru adalah,“ Janganlah sekali-kali menyakiti anak baik fisik maupun batinnya”. Sebab murid akan selalu mengenang gurunya sepanjang hayat.

Kisah Muslimah Hafsari dalam Laskar Pelangi ini mengingatkan kita bahwa guru merupakan kunci keberhasilan siswa. Dan kemiskinan bukanlah alasan untuk berhenti belajar, berkreatifitas dan mengejar prestasi. Dengan kegigihannya, anak-anak dari Pulau kecil yang tepencil di Selat Karimata itu, kini telah menjadi orang yang melampaui lulusan sekolah-sekolah favorit ternama. Bahkan figur pribadinya sendiri telah menginspirasi jutaan orang untuk segera berbuat sesuatu bagi pendidik di negeri ini.
Betapun juga sosok teladan dari Pulau Belitung ini telah membangkitkan semangat para guru untuk tetap gigih, sabar dan ikhlas dalam menghadapi kesulitan yang ada. Kecintaan terhadap dunia pendidikan inilah yang kelak bakal memajukan anak generasi negeri ini dalam menatap pelangi masa depannya. Sebab pendidikanlah yang bisa mengubah nasib seseorang dan bangsanya.

Muslimah Hafsari sama sekali tidak pernah bermimpi, bahwa dirinya kelak bakal bertemu dengan ketua PP. Muhammadiyah Prof.Dr.Din Syamsuddin, bahkan dia juga tak menyangka jika sutradara terkenal Riri Reza akan berkunjung ke rumahnya. Disamping kisah hidupnya difilmkan, dirinya juga mendapatkan penghargaan dari PGRI, Depdiknas di Jakarta, menerima Aisyiah Award di Yogyakarta serta beberapa lembaga lainnya. Lebih bersyukur lagi, perhatian tersebut juga datang dari para petinggi dan donator yang kini turut membantu pendidikan di sebuah sudut dunia yang semula tak kita kenal.

Bahkan Presiden SBY memberikan penghargaaan khusus untuk Ibu Muslimah Hafsari. Penghargaan itu diserahkan Presiden SBY dalam puncak acara Hari Guru Nasional dan peringatan HUT PGRI ke-63 di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2008). (sumber : detiknews.com). Penghargaan yang dianugerahkannya adalah Satya Lencana Pembangunan dan Satya Lencana Pendidikan.

Pengabdian guru SD Muhammadiyah Belitung yang kisah hidupnya terekam dalam film berjudul Laskar Pelangi ini menjadi inspirasi bagi kaum guru.Ibu Muslimah Hafsari memang luar biasa, selaku wanita ,beliau mampu menempatkan pada posisi wanita yang baik, sederhana dan rendah hati. Selaku istri mampu mengabdi kepada suami dan keluarganya. Selaku wanita karir mampu membantu suami mencari nafkah untuk keluarganya. Bahkan profesi Ibu Muslimah ini sebagai guru ini mampu menghantarkan generasi penerus bangsa ini menggapai  cita-citanya setinggi bintang di langit. Perjuangan dan pengabdian Ibu Muslimah Hafsari ini membuat semangatku bergelora dalam menekuni profesi sebagai guru. Semoga saya mampu meneladani dan menerapkan sifat terbaik dari Ibu Muslimah Hafsari. Doakan yach....:)

Rabu, 04 Februari 2009

Keistimewaan Wanita


“Kenapa Ibu menangis?” tanya seorang anak kepada ibunya. “Karena ibu hanya seorang wanita,” jawabnya. “Aku tidak mengerti bu,”katanya. Ibunya lalu memeluknya dan berkata,”Kamu tidak akan pernah tahu, tetapi itu tidak menjadi masalah”. Karena tidak puas dengan jawaban ibunya, kemudian anak itu bertanya pada ayahnya,”Ayah, mengapa Ibu menangis tanpa alasan yang jelas?”. Ayahnya hanya menjawab,”Semua wanita memang menangis tanpa alasan”. ”Benarkah semua wanita memang mudah menangis?”.

Sebenarnya dalam proses menciptakan wanita, Tuhan memutuskan untuk membuat wanita menjadi sosok yang istimewa. Aku membuat pundaknya cukup kuat untuk memikul beban kehidupan. Namun Aku membuat tangannya cukup lembut untuk memberikan kenyamanan. Aku berikan kekuatan batin untuk menanggung persalinan serta penolakan yang seringkali dialaminya, bahkan dari anak-anaknya sendiri.
Aku berikan padanya ketangguhan sehingga memungkinkannya merawat keluarganya bahkan ketika semua orang menyerah karena penyakit dan kelelahan, dia tidak mengeluh.
Kuberikan kepekaan padanya untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun, bahkan ketika anak-anaknya sangat mengecewakannya. Dia memiliki kekuatan istimewa yang menenangkan tangis anaknya serta mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran anak remajanya. Kuberikan kekuatan untuk merawat suaminya, walau dia melakukan kesalahan. Dan Aku menciptakannya dari rusuk laki-laki untuk melindungi hati suaminya. Kuberikan kearifan agar mengetahui bahwa seorang suami yang baik tak akan pernah menyakiti istrinya, tetapi kadang-kadang menguji ketegaran serta ketabahan istrinya untuk terus mendampingi suaminya tanpa ragu.
Untuk semua kerja kerasnya ini, Aku juga memberikan dia air mata untuk dicucurkannya. Ini adalah yang dibutuhkan untuk meringankan bebannya, dan inilah satu-satunya kelemahannya. Ketika kamu melihatnya menangis, katakan padanya betapa kamu mencintainya dan menghargai semua yang telah dilakukannya bagi banyak orang. Dan walaupun mungkin dia masih tetap menangis, tetapi sesungguhnya kamu telah membuat hatinya terhibur. Sungguh wanita sangat istimewa. (sumber : milist)

Namun kaum feminis mengatakan bahwa menjadi wanita itu teramat susah, karena melihat peraturan dibawah ini :
1.Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibandingkan dengan laki-laki.
2.Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3.Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding dengan laki-laki.
4.Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada laki-laki.
5.Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6.Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7.Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
8.Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.

Tulisan ini hanya sekedar renungan saja supaya kita bisa lebih menghargai, menyanyangi dan memberikan perlindungan lahir batin kepada para wanita, terutama ibu kita. Menjadi seorang wanita siapa takut?

MUI Memfatwakan Rokok Haram

Berbicara mengenai rokok memang tidak akan pernah habis, karena permasalahan rokok itu bagai lingkaran setan yang saling interpendensi. Diantaranya; perusahaan rokok, karyawan, pemerintah, iklan dan lingkungan sosial. Sehingga jika dilihat dari segi ekonomi, banyak manfaat yang dihasilkan dari rokok.seperti banyaknya petani tembakau yang hidup karena rokok. Belum lagi bea cukai dan pajak untuk Negara. 

Contohnya; PT Djarum Kudus, pabrik rokok terbesar ini mampu menampung tenaga kerja sebanyak 77.000 orang dan menyumbangkan dana lewat cukai setiap hari sebesar Rp27 miliar. Jika dihitung dalam jangka waktu setahun terkumpul Rp9,4 triliun, ini baru dari cukainya.Untuk tahun 2006/2007, PT Djarum menyumbang 2,7 persen dari total domestik bruto APBN. Bahkan upah buruh rokok per tahun itu mencapai Rp450 miliar. Jumlah itu lebih besar dari belanja Pemerintah Kudus yang hanya Rp350 miliar. Jika dilihat secara nasional, dana APBN yang diterima dari cukai rokok mencapai Rp52 triliun per tahun. Jumlah ini juga tidak bisa tertandingi dengan penerimaan royalti PT Freeport hanya Rp15 triliun per tahun. ( sumber : oke zone). 

Jika MUI memfatwakan haram rokok setidaknya mempertimbangkan nasib para buruh dan karyawan pabrik rokok. Karena akan berdampak timbulnya masalah sosial ke depan.
Sebenarnya orientasi industri rokok dirancang dalam tiga konsentrasi. Untuk periode 2007-2010 terkonsentrasi untuk kepentingan pendapatan (pro income), 2010-2015 untuk tenaga kerja (pro job), dan 2015-2020 untuk kepentingan kesehatan (pro health). Dalam implementasi pro income, berdasarkan data PPRK sejak 2005-2008, Kudus telah menyumbang cukai rokok rata-rata 26,12 persen dari total pendapatan cukai rokok nasional. Pada 2008, setoran cukai Kudus mencapai Rp11 triliun atau 20 persen penerimaan negara atas rokok yang mencapai Rp50 triliun. Pendapatan cukai nasional itu setara 5 persen APBN 2008 yang mencapai Rp1.000 triliun. Dari setoran sebesar itu, sebagian dikembalikan kepada daerah penghasil cukai rokok dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). DBH tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan, salah satunya mempersiapkan industri rokok dan masyarakat menghadapi deindustrialisasi rokok.

Namun jika dilihat dari segi kesehatan, maka rokok dari efek jangka panjangnya akan berpengaruh kepada siapa saja. Bagi ibu yang sedang mengandung rokok akan mempengaruhi perkembangan janin, yang artinya rokok merugikan tidak hanya pada diri si Ibu tetapi juga pada bayi yang dikandungnya. Sedangkan anak di bawah umur, yang mengkonsumsi rokok, akan mengalami gangguan pada perkembangan fungsi dan kerja otak, karena rokok mengandung zat adiktif yang tidak hanya akan merusak sistem kerja otak tetapi juga menyebabkan ketergantungan serta pintu masuk untuk penggunakan jenis zat adiktif lainnya seperti narkotika.

Jika dilihat dari segi agama, rokok sebenarnya hukumnya makruh.Hukum makruh dalam pengertian adalah akan mendapatkan pahala jika ditinggalkan, tidak berdosa jika dilakukan. Hukum merokok itu telah jelas antara makruh dan mubah, artinya serendah-rendahnya makruh dan setinggi-tingginya mubah. 

Sementara di sisi lain MUI jaga memfatwakan rokok haram dilakukan untuk anak-anak, wanita hamil, ulama MUI dan merokok di tempat-tempat umum. Sehingga dengan dikeluarkannya fatwa ini umat tidak perlu bingung. Sudah semestinya jika fatwa MUI untuk mengharamkan rokok bagi anak di bawah umur terus mendapat sambutan baik. Namun fatwa ini harus pula didukung adanya aturan tegas dari pemerintah untuk melarang penjualan rokok bagi anak-anak. Diharapkan dengan adanya fatwa ini akan membuat peraturan pemerintah lebih baik lagi. Sehingga anak bisa tumbuh selamat setelah dewasa dan menjadi harapan bangsa. Selama ini posisi anak-anak Indonesia sangat rentan karena dikepung iklan rokok. 

Iklan rokok selalu menawarkan citra jantan dan keren dalam diri seorang perokok. Hal ini membuat anak-anak tertarik untuk mencoba. Saat ini anak-anak sudah mulai merokok sejak usia 7 tahun. Ini karena pengaruh iklan.

Namun sebenarnya, tanpa melihat fatwa pun anjuran dilarang merokok bagi wanita hamil sudah ada dan bisa dilihat pada bungkus-bungkus rokok. Jadi merokok atau tidak, dikembalikan pada individu masing-masing. Jika alasan MUI didasarkan faktor kesehatan, hal itu bisa diterima. Namun jika dilatarbelakangi permasalahan agama, hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama sendiri.

Sebaiknya kita jangan berprasangka buruk terlebih dahulu terhadap fatwa MUI yang mengharam kan rokok itu, karena setiap fatwa yang telah diputuskan pihak MUI pasti mempunyai tujuan yang baik. Sudah semestinya kita harus mendukung pihak MUI, karena kita juga tidak menginginkan anak-anak yang masih dibawah umur sudah mengkonsumsi rokok dengan bebas atau melihat ibu-ibu yang hamil dengan santainya mengkonsumsi rokok tanpa memperhatikan keadaan janin yang dikandungnya. Hal ini sangat tidak baik dan tidak perlu dicontoh, bukan? Segera matikan saja rokokmu dan sadarlah bahwa hidup tanpa rokok lebih sehat. Wahai ahli hisap sadarlah segera tinggalkan kebiasaan merokok!