Senin, 24 Mei 2010

Diantar dengan Keroncong dan Militer

SOLO - Ribuan orang melepas kepergian sang maestro keroncong Gesang Marto Hartono ke peristirahatan terakhir kemarin, siang. Nuansa keroncong dan militer sangat terasa dalam prosesi pemakaman Gesang.

Meski bukan dari kalangan maupun keluarga TNI, prosesi pemakaman sang maestro keroncong yang wafat di usia 92 tahun ini dilakukan secara militer. Upacara kemiliteran ini diberikan karena Gesang sebelumnya telah menerima penghargaan berupa Bintang Budaya yang setara dengan Bintang Gerilya dari pemerintah Indonesia.

Ruang tamu berukuran 5 x 10 meter tampak sesak dipenuhi keluarga maupun kerabat Gesang. Ada yang memilih diluar rumah lantaran tak ada tempat untuk sekadar duduk memanjatkan doa. Tampak hadir tokoh penting di rumah itu seperti Menko Kesra Agung Laksono, Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Tjetjep Suparman, Duta Besar Jepang Shiojiri dan Wakil Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo.

Tepat pukul 09.00 prosesi pemberangkatan jenazah dimulai. Ahmad Jueni, perwakilan dari keluarga yang merupakan tokoh masyarakat Kelurahan Kemlayan memberikan sambutan dalam acara ini.

Dia dan keluarga besar Gesang mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menghadiri pemakaman almarhum Gesang. "Saya mewakili keluarga mohon maaf kalau ada kesalahan dari Pak Gesang semasa hidupnya. Semoga arwah bapak diterima di sisi-Nya," ucapnya dalam sambutan pelepasan kemarin (21/5).

Setelah itu, Wawali Solo F.X. Hadi Rudiyatmo menyampaikan sambutannya. Dia menyatakan, sosok Gesang adalah orang yang dikenal dan dikenang dengan lagu Bengawan Solo. Bahkan, lagu tersebut mampu mengharumkan nama Solo. "Di mata saya Gesang adalah sosok orang yang sabar dan nrimo. Semoga beliau diampuni segala dosa-dosanya," ujarnya.

Setelah itu, jenazah diberangkatkan dari rumah duka ke Pendhapi Gede Balai Kota Solo dari rumah duka sekitar pukul 09.00, untuk disemayamkan. Peti jenazah Gesang keluar dari rumah duka di Jalan Bedoyo Nomor 5, Kelurahan Kemlayan, Kecamatan Laweyan, dengan diusung enam orang anggota Hizbul Wathan untuk dinaikkan ke mobil ambulans. Diiringi oleh seluruh anggota keluarga.

Di depan ambulans yang mengakut peti jenazah sudah terlihat ribuan orang yang ingin memberikan penghormatan terakhir bagi Gesang. Di antara ribuan orang ini terdapat sejumlah anak-anak sekolah dengan membawa alat musik dan foto Gesang. Mereka langsung menyanyikan lagu Bengawan Solo sambil berjalan di depan mobil jenazah. Rombongan anak - anak ini mengantar jenazah Gesang hingga ke perempatan Ngarsopuro. Setelah itu, mobil jenazah menuju ke Balai Kota Solo.

Di balai kota inilah nuansa militer sangat terasa. Sepuluhan prajurit TNI dari Korem 074/Warastratama Solo menyambut kedatangan peti jenazah Gesang. Mereka diikuiti puluhan prajurit keraton, prajurit Jogoprojo Satpol PP dan Jogotirto dari PDAM. Pihak keluarga kemudian menyerahkan jenazah kepada Wali Kota Solo Ir Joko Widodo.

Jenazah tersebut langsung diusung enam orang anggota TNI. Satu orang membawa foto Gesang, enam orang lainnya mendampingi pengusung jenazah. Kemudian di belakang diikuti prajurit dan keluarga masuk ke Pendhapi Gede Balai Kota Solo.

Di sana, masyarakat diberi kesempatan melihat dari dekat untuk memberikan penghormatan kali terakhir bagi Gesang. Wali kota berserta jajarannya kemudian melakukan salat jenazah. Setelah itu, bergantian disusul oleh masyarakat yang ingin menyalatkan Gesang. Di tempat ini sejumlah seniman, penyanyi dan tokoh masyarakat terlihat hadir. Waldjinah, kolega Gesang yang baru saja pulang dari rumah sakit juga ikut menyempatkan diri memberikan penghormatan terakhir. Dia menggunakan kursi roda lantaran belum pulih benar. Dia beberapa saat tertegun di depan foto Gesang yang terpampang di depan peti jenazah.

Setelah itu bergiliran sejumlah tokoh seperti pelawak senior Djudjuk Teguh, penyanyi keroncong Sundari Sukoco, mantan penyanyi cilik Bondan Prakoso, artis Murti Sari Dewi, dan aktor sekaligus anggota DPRD Solo Paundrakarna.

Usai salat Jumat, dilakukan upacara pelepasan yang dipimpin langsung oleh wali kota. Namun, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan upacara brobosan. Dalam pelepasan tersebut, Wali Kota Solo Ir Joko Widodo menyatakan sangat kehilangan sosok Gesang yang dianggapnya sebagai guru yang periang.

Setelah itu, jenazah diberangkatkan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pracimaloyo, Makamhaji, Kecamatan Kartusara, Sukoharjo. Tampak banyak personel TNI berdiri di tiap sudut jalan masuk ke pemakaman.

Ribuan masyarakat telah berkumpul di tempat itu. Berteduh di bawah pohon-pohon Semboja dan atap-atap makam. Meski panas menyengat kulit, namun antusias mereka tak luntur bersama keringat yang membanjiri tubuhnya. Mereka tetap bersemangat untuk memberi penghormatan terakhir bagi tokoh mereka, sang maestro keroncong, Gesang.

Gesang dimakamkan di salah satu kompleks pemakaman keluarga Martodihardjo. Di permakaman tersebut sudah siap sebuah liang lahat selebar 220 x 70 cm, dengan kedalaman kira-kira dua meter. Kompleks pemakaman keluarga Martodihardjo berisi 13 makam. Dan semuanya merupakan keluarga dari Gesang. Termasuk bapak dan ibunya. Makam Gesang sendiri terletak di ujung barat dekat pintu masuk. Sedangkan di sebelah timurnya, membujur makam Mbah Kebon, salah satu kerabatnya.

Prosesi pemakaman Gesang dilakukan dengan upacara militer. Upacara tersebut digelar sebagai penghormatan kepada Gesang yang telah mendapat tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma. "Gelar tersebut diberikan kepada beliau karena sebagai seorang seniman telah mengharumkan bangsa Indonesia. Dan untuk menghormatinya, maka dilakukan upacara pemakaman militer ini. Sebenarnya, Pak Gesang pun layak dimakamkan di makam Pahlawan. Namun dari keluarga tidak mau," ungkap Dandim 0735 Surakarta Letkol Infantri Agus Subiyanto.

Pukul 14.30, jenazah Gesang tiba di Pracimaloyo. Setelah peti jenazah diletakkan di depan pintu permakaman keluarga Martodihardjo, upacara militer dilaksanakan. Sebagai Inspektur upacara adalah Danrem 074 Warastratama Kolonel Infantri Abdul Rahman Kadir. Sedangkan yang bertindak sebagai komandan upacara adalah Danramil Jebres Kapten Agus Widodo.

Dalam upacara tersebut diikuti oleh beberapa barisan TNI. Di antaranya adalah dari Kopasus, Kostrad, Kodim Kota Solo, dan Kodim Sukoharjo. Masing-masing satu pwleton. Ditambah lagi satu regu Salvo dari Kopassus sebanyak sebelas personel yang berbaris tepat di samping makam Gesang.

Tampak hadir pula Walikota Solo Joko Widodo dan Wakilnya F.X. Hadi Rudyatmo yang mengenakan jas hitam. Juga masyarakat yang membanjiri kawasan makam tersebut. Upacara berlangsung hitmat meski tingginya rasa ingin tahu dari masyarakat terus mengiringi proses pemakaman. Mereka berdesakan untuk melihat peristiwa tersebut dari dekat. Sempat terlihat beberapa petugas mengatur warga untuk sedikit mundur dari area upacara.

Setelah dikumandangkan azan, jenazah langsung dimakamkam. Namun sebelumnya, Gesang mendapat penghormatan dari regu Salvo. Sebuah tembakan mengiringi kepergian Gesang menuju liang lahat. Setelah upacara pemakaman berakhir, masyarakat pun beranjak meninggalkan permakaman tersebut. Satu per satu keluarga mendekat ke makam Gesang. Menatap makam Gesang beberapa saat sebelum mereka meninggalkannya. Tampak kesedihan masih melekat di wajah mereka.(im/rdo/by/nan)

sumber : Radar Solo, 22 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar