Jumat, 07 Mei 2010

Dipaksa Nikah, Batal Ikut Ujian

BANYUWANGI- Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) berakhir kemarin. Usai mengikuti UASBN selama tiga hari, tampaknya beban 25.794 siswa belum berakhir. Mereka akan mengikuti Ujian Akhir Sekolah Daerah (UASDa).

Pelaksanaan UASDa akan diselenggarakan mulai hari ini (7/5) hingga 10 Mei mendatang. Selama tiga hari, ribuan siswa tersebut akan mengerjalan soal-soal ujian yang meliputi pelajaran Agama, IPS, Bahasa Jawa, PKn, dan Bahasa Using.

Berdasarkan pantauan koran ini, sebanyak 119 siswa SDN Penganjuran IV dan delapan siswa SDK Petra Banyuwangi melaksanakan UASBN di satu tempat, yaitu di SDN Penganjuran IV Banyuwangi.

Kepala SDN Penganjuran IV, Emmy Tri Astutik mengatakan, hingga hari ketiga pelaksanaan UASBN tidak ada kendala berarti. Naskah soal dan lembar jawaban komputer (LJK) yang diterima semuanya dalam kondisi bagus dan dengan jumlah yang cukup. Dia optimistis tingkat kelulusan di sekolahnya mencapai angka seratus persen. "Tahun lalu lulus seratus persen. Jadi tahun ini pasti bisa," tegas Emi.

Sementara itu, 60 siswa dari enam sekolah berbeda melaksanakan UASBN di SDN 1 Gumuk, Kecamatan Licin. Enam sekolah tersebut adalah SDN Gumuk 1, SDN Gumuk 2, SDN Gumuk 3, SDN Jelun 1, SDN Jelun 2, dan SDN Banjar 1. Renovasi sekolah yang masih belum selesai, membuat para siswa ini mengerjakan soal ujian di gedung tanpa dilengkapi plafon.

Menurut keterangan Kepala SDN Gumuk 1, Ponidinarto, pelaksanaan UASBN berjalan lancar sejak hari pertama hingga hari terakhir. Meski akses menuju sekolah tersebut sedikit sulit, namun naskah soal dan LJK didistribusikan tepat waktu. Begitu juga dengan semua peserta UASBN, tidak ada yang absen hingga hari terakhir, kemarin. Pengawalan dari pihak polsek setempat juga masih dilakukan setiap hari melalui patroli ke seolah-sekolah penyelenggara UASBN.

Sementara itu, pada pelaksanaan UASBN kali ini ternyata masih diwarnai oleh ketidakhadiran siswa karena alasan pernikahan. Seperti yang terjadi pada Nasuah, 13, siswa SDN Gumuk 3. Karena dipaksa menikah oleh orang tuanya. Siswi yang tinggal di Desa Tambong, Kecamatan Kabat ini, terpaksa harus berhenti sekolah dan tidak mengikuti UASBN.

Ironisnya, pernikahan ini terkesan dipaksakan, karena Nasuah masih di bawah umur, serta masih ingin melanjutkan sekolahnya. Kepala SDN Gumuk3, Achmad Asrosi menjelaskan, sejak dua bulan menjelang pelaksanaan UASBN, dia sudah berusaha untuk membujuk Nasuah agar mau melanjutkan sekolahnya.

Awalnya Nasuah bersedia, namun setelah beberapa hari bersekolah, Nasuah kembali absen. Akhirnya Asrori mendatangi orang tua Nasuah untuk membiarkan anaknya bersekolah. Bukannya mengizinkan, orang tua Nasuah malah menawarkan pembayaran kepada Asrori agar mengizinkan Nasuah untuk keluar dari sekolah dan menikah. Karena Asrori menolak, akhirnya Nasuah nekat dinikahkan dengan nama dan umur palsu. "Kalau tidak salah diganti Khomsiyah, itu untuk menghilangkan jejak," tuturnya. (mg2/aif)
 sumber: radar banyuwangi, 7 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar