Senin, 31 Mei 2010

Pabrik Gula Harus Direvitalisasi

Tekad Gubernur Jatim agar Gula Tak Lagi Impor

SURABAYA - Di antara kita, mungkin tak banyak yang tahu bahwa peralatan di hampir semua pabrik gula di Jatim adalah peninggalan zaman Belanda. Itu berarti, peralatan-peralatan untuk mengolah tebu menjadi gula tersebut dipakai sejak setengah abad lebih yang lalu dan hingga saat ini belum banyak berubah. Itu merisaukan Gubernur Jatim Soekarwo.

Karena itu, di beberapa kali kesempatan, Soekarwo tak pernah lelah untuk menyuarakan perlunya merevitalisasi pabrik gula. Dia bahkan pernah mendesak pemerintah pusat agar segera merealisasikan rencana merevitalisasi pabrik gula, khususnya di Jawa Timur.

''Di antara 31 pabrik gula di Jatim, hampir semuanya peninggalan Belanda dan sudah waktunya untuk direvitalisasi. Ini penting untuk meningkatkan produksi gula nasional,'' tegas Soekarwo.

Dia mengatakan sudah lama meminta presiden dan beberapa menteri agar membuat kebijakan tentang program revitalisasi pabrik gula.

''Anda lihat, semua mesin-mesin produksi gula itu peninggalan Belanda sehingga produktivitasnya sudah mulai berkurang,'' jelasnya dalam sebuah kesempatan setelah bertemu pelaku usaha di bidang pergulaan di Kantor Pemprov Jatim.

Masyarakat di Jatim sangat berkepentingan dengan peningkatan produktivitas gula karena petani tebu akan mendapatkan hasil yang lebih besar. Sayang, yang terjadi selama ini adalah rendahnya rendemen tebu, apalagi pabrik gula masih menggunakan mesin-mesin peninggalan Belanda.

Rendemen merupakan faktor terpenting dalam penentuan kelayakan industri gula. Rendemen yang baik berkisar antara 12-14 persen.

Yang masih memprihatinkan saat ini, rendemen tebu hanya sekitar 5,8-7 persen. Padahal, berdasar hasil penelitian Dinas Perkebunan Jatim, rendemen bisa ditingkatkan menjadi 9 persen. "Bahkan, kita pernah kirim sampel untuk dites di Thailand, rendemen kita mencapai 11 persen lebih," kata gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut. "Saya sangat menduga, ada yang salah dalam siklus tata niaga pergulaan kita. Karena itu, saat ini saya berusaha keras untuk membenahinya," tambah gubernur.

Dia menjelaskan, saat ini 31 pabrik gula di Jatim hanya mampu menghasilkan 600 ribu ton dalam musim giling yang berlangsung selama 150 hari. ''Jika revitalisasi pada pabrik gula dilakukan, impor gula bisa dikurangi untuk memenuhi kebutuhan nasional,'' tuturnya.

Dari jumlah tersebut, produksi gula di Jatim memberikan kontribusi hampir separo produksi gula nasional. Pada tahun giling 2007, produksi gula nasional mencapai 2.448.142 ton, sedangkan kontribusi dari Jatim 1.186.076 ton atau 48,45 persen. Kemudian pada 2008, produksi gula nasional meningkat menjadi 2.738.087 ton, sedangkan kontribusi dari Jatim 1.319.263 ton atau sekitar 48,18 persen. Sedangkan produksi gula pada 2009 hingga periode 30 November 2009, baru terealisasi 1 juta ton. (nom/nks/c7/kum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar