Selasa, 21 September 2010

Kisah Seorang Anak di Hari Anak Nasional

Tut..tut.tut..tiba-tiba ponselku berbunyi, ternyata ada satu SMS baru yang masuk. SMS dari Bapak Kepala Sekolah yang mengabarkan bahwa hari ini Jumat, 23 Juli 2010 ini saya harus mewakili sekolah untuk ikut serta dalam peringatan Hari Anak Nasional di Kabupaten. Hmm.....dengan segera saya membalas SMS itu sekaligus memberitahukannya saya siap akan datang untuk mengikuti peringatan hari anak nasional di Kabupaten.

Akhirnya dengan mengendarai sepeda motor yang sudah butut saya sampai juga di halaman kantor Bupati yang tenyata sudah ada  disiapkan panggung gembira. Yah, sebuah panggung gembira yang sederhana yang tentunya akan digunakan untuk memperingati Hari Anak Nasional 2010. Semua anak yang ada di sana bergembira ria. Meskipun tidak semua anak yang saya temui mempunyai nasib yang sama.
Acara peringatan Hari Anak Nasional ini hanya menampilkan acara-acara yang bersifat hiburan saja. Acara peringatan Hari Anak itu semuanya dibawakan oleh anak-anak. Penampilan anak-anak pun hanya berupa tarian, nyanyian, baca puisi dan pagelaran musik tradisional. Sebagai acara puncak dari peringatan hari anak nasional ini adalah pemberian hadiah dari Bupati kepada anak-anak yang berprestasi di bidang akademik dan non akademik.

Setelah acara peringatan Hari Anak Nasional itu usai, saya siap-siap untuk pulang. Tiba-tiba saya melihat seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 8 tahun nampak ceria sekali, meskipun pakaian dan celana yang dikenakannya sudah lusuh dan kumal. Anak kecil itu membawa sebuah kantong bekas gula pasir (kebo/kantong gandum/kandi=bahasa jawa). Ia begitu ceria dan selalu menebar senyuman. Saya lalu mendekati anak tersebut sambil bertanya," Namanya Siapa Dek?". Anak kecil itu menjawab, " Nama saya Slamet, Bu"." Slamet sudah kelas berapa?" Slamet menjawab," Saya tidak sekolah karena Bapak saya tidak mempunyai biaya. Saya pun disuruh Bapak untuk ikut membantu mencari uang. Saya sudah kerja menjadi pemulung, Bu."

Deg...hati saya jadi terharu..Di saat teman sebayanya bergembira di atas panggung untuk merayakan hari anak nasional dengan menggelar tarian, nyanyian, baca puisi dan main musik tradisional,ternyata masih ada anak-anak yang tidak sekolah bahkan dieksplotasi orang tuanya untuk bekerja menjadi pemulung...ironis sekali....

Meski demikian ku lihat wajah polosnya Slamet tetap terlihat ceria. Sambil sibuk memungut gelas-gelas plastik bekas minuman air mineral di sela-sela kursi undangan yang sudah mulai kosong. "Saya senang, Bu. Di sini banyak gelas bekas," ujar Slamet sambil tersenyum. Ya, Slamet memang baru berani mulai mengais rejeki sesaat setelah acara usai. Setelah Bupati dan para pejabatnya beserta para tamu kehormatan/undangan lain meninggalkan tempat acara.

Dengan lugunya, Slamet yang datang bersama Bapak dan Ibunya, sama-sama pencari barang bekas, mengatakan, bahwa ia senang tidak hanya karena banyak gelas plastik bekas, tetapi juga banyak kue-kue enak yang tersisa dalam kotak hidangan. Terlebih saat seorang panitia memanggilnya dan memberi setandan pisang.

Bagi Slamet, makna Hari Anak Nasional sama sekali tak pernah terbersit dalam pikirannya. Usianya yang belum matang dan masih kecil belum mampu untuk memikirkan arti  dari peringatan Hari Anak. Karena itu, ia sama sekali tak terlihat iri, melihat keceriaan teman sebayanya yang gembira di Hari Anak Nasional. Ironi memang, tapi itulah potret buram sebagian besar anak-anak Indoensia. Kesan ironi itu kian menggetarkan hati, manakala Slamet Kecil berdiri dekat baliho Hari Anak Nasional 2010 dengan gambar Bupati berlatar belakang baliho tersebut, Slamet kecil memilah-milah gelas dan botol bekas minuman mineral.

Semestinya peringatan Hari Anak Nasional Indonesia ini akan lebih bermakna, jika nasib anak-anak seperti Slamet ini mendapat perhatian memadai dari pemerintah dan mendapat jaminan pendidikan yang layak dan terjangkau. Sehingga semua anak-anak di Indonesia dapat terus sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Jika anak-anak sebagai penerus generasi bangsa ini putus sekolah atau hanya mengenyam pendidikan dasar saja akan di bawa kemana masa depan bangsa kita….??

*) tulisan ini sudah saya buat Bulan Juli 2010 untuk ikut menyambut peringatan Hari Anak Nasional tahun 2010 tapi baru sempat saya posting sekarang. Semoga bisa dijadikan renungan buat kita bahwa masih ada anak yang belum sekolah atau meneruskan pendidikannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar