Kamis, 16 September 2010

Tingkatan Kesabaran

Firman Allah SWT, yang artinya ,”Dan , sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” ,(Qs. Al-Baqarah : 155).

Sabar dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) macam, yakni: Sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari kedurhakaan kepada Allah dan sabar dalam ujian Allah.

Ibn Tamiyah pernah berkata,’Sabar dalam melaksanakan ketaatan lebih baik daripada sabar menjauhi hal-hal yang haram. Kerena kebaikan melakukan ketaatan lebih disukai Allah daripada kemaslahatan meninggalkan kemaksiatan, dan keburukan tidak taat lebih dibenci Allah daripada keburukan adanya kedurhakaan’.

Dalam kitab Manziluz-Sa’irin, dikatakan ada tiga derajad sabar ,:

1. Sabar menghindari kemaksiatan.

Sabar dalam menghindari kemaksiatan (kedurhakaan). Dengan memperhatikan peringatan, tetap teguh dalam iman dan mewaspadai hal yang haram. Dan yang lebih utama adalah sabar menghindari kedurhakaan karena malu. Jadi ada dua faedah sabar dalam menghindari kemaksiatan, dimana dua sebabnya adalah
  • Takut akan peringatan , sebagai akibat dari maksiat itu. Faedahnya adalah tetap teguh dalam iman dan mewaspadai hal-hal yang haram.
  • Malu terhadap Allah, karena nikmatnya dibalas dengan kemaksiatan. Faedah yang didapat adalah, akan membangkitkan kekuatan iman terhadap pengabaran dan pembenaran kandungannya.
Dan yang lebih utama lagi adalah jika pendorongnya adalah Cinta, dimana seorang hamba tidak mendurhakai-Nya karena cinta kepada-Nya.

2. Sabar dalam ketaatan.

Disini seorang hamba senantiasa menjaga ketaatan itu secara terus menerus, memeliharanya dengan rasa keikhlasan dan lebih menyempurnakannya dengan ilmu. Ketaatan ini akan menjadi energi pendorong untuk meninggalkan kemaksiatan.
Kesabaran dalam tingkatan ini lebih tinggi daripada yang pertama. Benar saudaraku, sungguh bukan perkara yang ringan, bila seorang hamba berusaha senantiasa menjaga ketaatannya secara terus menerus. Maka dihadapannya ada dua penghalang yang lebih besar menghadang, yakni :
  • Tidak ikhlas, termasuk segala perbuatan yang tidak dimaksudkan selain Allah
  • Pelaksanaan yang tidak berdasarkan ilmu, misalnya tidak mendasarkan pada as-sunnah.
Sabar dalam derajad ini, memang ditopang dalam tiga hal :
  • Terus-menerus taat,
  • Ikhlas dalam ketaatan
  • Melaksanakan berdasarkan ilmu atau menyempernakan dengan ilmu.
Dan bila seorang hamba tidak menjaga ketaatannya secara terus menerus maka, ini akan menggugurkan ketaatannya itu.

3. Sabar dalam musibah.

Seorang hamba dalam pengertian ini adalah dengan memperhatikan pahala yang baik, menunggu rahmat jalan keluar, dan meremehkan musibah sambil menghitung uluran karunia dan nikmat-nikmat yang telah lampau.

Ada tiga pakaian (perhiasan) kesabaran yang dikenakan seorang hamba ketika mendapat musibah ;

a. Memperhatikan pahala yang baik. Saudarakan keyakinan kita, perhatian dan pengetahuan terhadap pahala ini, maka sejauh itu pula kita akan menjadi merasa lebih ringan dalam memikul beban musibah. Ini akan menimbulkan keyakinan bahwa akan mendapatkan pengganti. Sebagaimana orang yang sedang membawa beban yang berat , dan saat itu dia juga melihat hasil atau keuntungan yang akan dia dapat.

b. Menunggu rahmat jalan keluar atau kenikmatannya. Ini dapat meringankan beban musibah dan kesulitan yang sedang dihdapi. Terlebih lagi disertai kekuatan harapan, keyakinan dan upaya mencarai jalan keluar.

c. Meremehkan musibah. Ada dua cara dalam hal ini, yaitu menghitung-hitung karunia Allah yang telah dilimpahkan kepada kita, dan mengingat-ingat nikmat yang telah kita terima.


Menurut kitab Manazilus Sa’irin, ada beberapa tingkatan sabar, yaitu:


a. Kesabaran yang paling lemah, adalah sabar karena Allah. Kesabaran dimana seorang hamba sabar dalam mengharapkan pahala-Nya dan takut siksa-Nya.

b. Kesabaran berkat kekuatan dari pertolongan Allah. Ini adalah kesabaran orang-orang yang menghendaki Allah.

c. Yang paling utama , adalah kesabaran orang-orang yang berjalan menuju Allah. Ini adalah kesabaran menurut hukum Allah, artinya sabar dalam mendapatkan hukum-hukum yang berlaku bagi dirinya, baik yang disukai maupun dibencinya.


Wallahu a’lam

Sumber : Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin , pendakian menuju Allah (terjemahan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar