Kamis, 31 Maret 2011

Asal Usul Nama Banyuwangi

Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang patih yang gagah berani, arif dan tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sritanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila - gila padanya.

Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sritanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintahkan Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah sang Raja. Sepeninggal sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sritanjung dengan segala tipu daya dilakukannya. Namun cinta sang raja tidak kesampaian dan Sritanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sritanjung.

Ketika patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap sang raja. Akal busuk sang raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal sang Patih saat menjalankan titah raja, meninggalkan istana. Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan sang Raja.
Tanpa berpikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sritanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sritanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah dan bahkan sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya ini Diseretlah Sritanjung ke tepi  sungai yang keruh dan kumuh. Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sritanjung, ada permintaan terakhir  dari Sritanjung  kepada suaminya sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiaannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya di ceburkan ke dalam sungai  keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong. Tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah.

Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika Mayat Sritanjung segera diceburkan ke sungai yang keruh itu, betapa terkejutnya Sidopekso setelah menyaksikan air sungai yang keruh itu  berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum…bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, menjerit  Banyu...wangi..Banyu...wangi...BANYUWANGI…Banyuwangi terlahir dari bukti cinta suci istri pada suaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar