Sabtu, 02 Oktober 2010

Batik Gajah Uling di Hari Batik Nasional

Hari ini, Sabtu 2 Oktober 2010 merupakan Hari Batik Nasional. Saya dan teman-teman di kantor pun diwajibkan menggunakan pakaian batik khas Banyuwangi. Yah, di Kabupaten Banyuwangi memang dalam melaksanakan hari batik nasional tahun ini baru sekedar mewajibkan bagi semua pegawai dan karyawan yang bekerja di lingkungan instansi pemerintah harus mengenakan baju batik khas banyuwangi.

Berbicara tentang pakaian batik tentu yang ada di benak kita bahwa pakaian batik berasal dari kota Solo dan kota Pekalongan di Jawa Tengah maupun kota Yogyakarta. Sehingga muncul pertanyaan masa sih di Banyuwangi juga ada pakaian batik...?? Tak banyak orang yang tahu,  bahwa sebenarnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah produsen batik di Nusantara. Banyak motif asli batik khas Banyuwangi. Namun hingga sekarang, baru ada 12 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional. Jenis-jenis batik Banyuwangi itu salah satunya antara lain : (1) Gajah Uling, (2) Kangkung Setingkes, (3) Alas Kobong, (4) Paras Gempal, (5) Kopi Pecah, (6) Gèdèkan, (7) Ukel, (8) Moto Pitik, (9) Sembruk Cacing, (10) Blarak Semplah (11) Gringsing dan (12) Sekar Jagad. Dari Semua nama motif dari batik asli Banyuwangi ini yang menjadi khasnya atau icon-nya adalah batik Gajah Uling.

Filosofi tentang batik gajah uling, diantaranya :
1. Batik Gajah uling melambangkan sesuatu kekuatan, yang tumbuh dari dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Pemaknaannya berkaitan dengan karakter masyarakat yang bersifat religius. Dengan penyebutan Gajah Eling, yang artinya eling (mengingat) kemahabesaran sang pencipta adalah sebuah jalan terbaik dalam menjalani hidup masyarakat Banyuwangi.
Selain itu, adanya keterkaitan dengan sosok misteri pada sejarah Blambangan. Penaklukan Blambangan oleh Mataram, yakni pada masa Sultan Agung Hanyokro Kusumo (1613-1645 M). Dimana kekusaan Mataram inilah banyak kawula Blambangan yang dibawa ke pusat pemerintahan Mataram Islam di Plered, Kotagede.
 
Mereka banyak yang belajar membatik di Keraton Mataram Islam.

Sejarah batik sudah dikenal oleh tradisi keraton di Jawa sejak abad 15. Khususnya pada pemerintahan Sultan Agung. Setelah perkembangan zaman terjadi kepentingan politik mutualisme, dengan menetapkan tradisi membatik sebagai sebuah tradisi sebuah identitas. Penguasaan terhadap budaya yang dilingkupinya. Menariknya, sosok batik khas Banyuwangi tidak terpengaruh unsur Mataram atau pun Bali.
2. Gajah uling memang bentuk dasar batik Banyuwangi. Pada kain batik produksi kota Banyuwangi ini, selalu ada gambar gajah uling. Dari asal katanya, kata itu merupakan gabungan kata dari gajah, dan uling, yaitu sejenis ular yang hidup di air (semacam belut). Ciri itu berbentuk seperti tanda tanya, yang secara filosofis merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Di samping unsur utama itu, karakter batik tersebut juga dikelilingi sejumlah atribut lain. Di antaranya, kupu-kupu, suluran (semacam tumbuhan laut), dan manggar (bunga pinang atau bunga kelapa).
“Itu konsep dasar gajah uling. Kalau ada batik dengan unsur-unsur itu, dan latar belakangnya putih, berarti itu batik khas Banyuwangi,” kata Pemimpin Kelompok Pengrajin Batik “Sayu Wiwit”, Temenggungan, Kecamatan Banyuwangi, Soedjojo Dulhadji.

Dari arti katanya, gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, berarti mahabesar. Sedangkan uling berarti eling, atau ingat. “Jadi, berdasar telaahan saya pribadi, gajah uling ini mengajak kita untuk selalu ingat kepada yang mahabesar, kepada Tuhan,” katanya.
 
Soedjojo, bisa dikelompokkan sebagai penganut aliran konvensional yang masih setia pada pakem gajah uling. Tak heran, kain batik produksi Sayu Wiwit, selain menampakkan wajah gajah uling dengan kentara, juga banyak yang berlatar belakang putih. Pasalnya, ia berpendapat batik khas Banyuwangi memang seharusnya berwarna dasar putih.

Meski demikian kurang gregetnya batik di Banyuwangi bukan berarti Banyuwangi tidak memiliki nilai estetika ragam hias arsitektural atau ragam hias ornamental. Justru menumbuh kembangkan batik Banyuwangi berarti menggali kembali segi atau nilai estetika Blambangan yang tersebar pada tinggalan Arkeologi yang ada.

Mari kita kenakan pakaian batik khas banyuwangi saat bekerja dan tidak hanya pada saat adanya hari batik nasional saja. Oke..Memakai pakaian batik khas Banyuwangi tidak hanya nyaman, fashionable tetapi juga merupakan perwujudan bahwa kita bangga sebagai orang Banyuwangi yang memiliki batik khas gajah uling. Ayo lare-lare osing Banyuwangi hang jenggirat  tangi, ayo tah nyenengin kebudayaane awake dhewek gawe klambi batik khas Banyuwangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar