Rabu, 21 Januari 2009

Saya Bangga Menjadi Guru


Hari Sabtu, 17 Januari 2009 saya baru saja menyelesaikan tugas akhir menjadi seorang guru yang sekaligus wali kelas yaitu membagikan raport untuk anak didik saya. Sebuah tugas akhir yang selalu dinantikan bagi anak-anak didik saya. Rona bahagia terpancar di wajah mereka yang menyandang predikat juara kelas, namun ada pula wajah yang terlihat sedih begitu menerima raport, karena melihat nilai yang kurang memuaskan. Selesai membagikan raport semester ganjil ini, berarti liburan sekolah telah tiba. 

Liburan anak-anak sekolah di Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur ini memang tidak bersamaan dengan liburan anak-anak sekolah di propinsi lainnya. Kalau di daerah Jawa Tengah,Yogyakarta, Jakarta dan Jawa Barat liburan anak-anak sekolah semester ganjil telah dilaksanakan pada bulan Desember 2008 selama 2 minggu. Namun Propinsi Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Banyuwangi ini liburan anak-anak sekolah baru dimulai tanggal 19 sampai dengan 26 Januari 2009. 
Perbedaan yang sangat menyolok, tetapi inilah dampak adanya otonomi pendidikan yang dilakukan pemerintah daerah, sehingga liburan anak sekolah pun menjadi tidak bersamaan.
Liburan sekolah ini sangat diharapkan bagi semua siswa, siswa dianjurkan untuk belajar di rumah tanpa perlu datang ke sekolah. Akibatnya para guru juga ikut libur, karena di sekolah tidak ada siswa yang masuk untuk diberi materi pelajaran. Inilah nilai plus dari profesi guru dibanding dengan profesi lainnya, mendapatkan liburan juga tetap menerima gaji. 

Melihat kenyataan seperti itu, ada sebagian orang yang bertanya tentang Apa sebenarnya arti dari seorang guru? Apa saja keuntungan menjadi seorang guru? Benarkah seorang guru hanya menerima gaji buta? Saya mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Asal kata Guru

“Guru” (berasal dari bahasa Sansekerta; “guru” yang berarti guru, tetapi arti harafiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, “guru” umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 

Arti umum

“Guru” adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, yaitu: dosen , mentor dan tutor.
 
Arti khusus

Dalam agama Hindu, “guru” merupakan simbol bagi suatu tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya. Dalam agama Buddha, “guru” adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva. Dalam agama Sikh, “guru” mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. (wikipedia, Indonesia).

“Guru” dalam bahasa Jawa berarti “digugu dan ditiru”. Digugu artinya dipatuhi, ditaati sedangkan ditiru artinya diikuti, dijadikan panutan. Sehingga guru mengandung arti harus siap untuk dijadikan acuan bagi muridnya baik segala tutur kata, tingkah laku dan perbuatannya, sehingga seorang guru harus mampu memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak didiknya. Konon pada jaman dulu, guru dianggap orang yang terhormat dan dipandang sebagai priyayi oleh masyarakat desa. Sehingga menjadi guru sangat disegani dan dihormati dalam kehidupan masyarakatnya.

Keuntungan menjadi Guru

Bagi saya menjadi seorang guru banyak sekali keuntungannya.

Pertama, menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia dan menyenangkan, karena seorang guru dapat membagi dan mentransfer ilmu kepada anak didik (siswa) tanpa takut untuk kehabisan ilmunya. Ini berarti siswa yang awalnya tidak dapat membaca, menulis, berhitung (calistung) setelah diajar dan dididik oleh guru menjadi lebih mahir untuk dapat membaca, menulis bahkan berhitung. Sungguh pekerjaan yang mulia. Guru selalu berhadapan dengan murid yang berbeda-beda karakter dan sifatnya, sehingga dalam menjalani pekerjaan guru mempunyai nuansa dan suasana baru. Ini sangat menyenangkan karena selalu ada yang baru dari semua muridnya. Sehingga guru juga memiliki ilmu psikologi, yang mampu mempelajari semua perbedaan sifat, karakter dari anak didiknya. Tentu ini sangat menyenangkan sekali, karena terbebas dari rasa bosan dan rutinitas jika dibandingkan dengan pekerjaan lain yang serba monoton.

Kedua, guru mempunyai jam kerja yang fleksibel., karena seorang guru hanya akan bekerja jika ada jam mengajar saja. Ini sangat fleksibel, sehingga jika tidak ada jam mengajarnya guru dapat mencari aktivitas lain yang bermanfaat. Apalagi jika sudah waktunya liburan sekolah, guru pun ikut libur dalam mengajar dan bekerja, namun tetap menerima gaji. Menguntungkan sekali bukan?

Ketiga, guru mempunyai ilmu yang bermanfaat. Kita ingat bahwa ada 3 (tiga) hal yang amalnya tidak akan pernah terputus meski kita sudah meninggal dunia, antara lain: 
(1) Anak yang sholeh adalah anak yang berbakti pada kedua orangtua dan senantiasa mendoakan kedua orangtuanya. 
(2) Amal jariyah, adalah segala amal yang pernah kita berikan secara ikhlas semasa masih hidup di dunia, seperti menyantuni anak yatim piatu, memberi sumbangan bagi yang tertimpa bencana. 
(3) Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai manfaat dalam kehidupan. Tentunya ilmu yang bermanfaat ini yaitu ilmu yang positif yang mampu menjadikan kita jalan menuju kebaikan hakiki. Dengan menjadi guru mempunyai harapan agar semua ilmu yang diberikan kepada anak didiknya dapat menjadikan ilmu yang bermanfaat. Sehingga jalan menuju ke surga menjadi terbuka lebar dan lebih mudah bagi seorang guru. Amin.

Guru menerima gaji buta?

Pernyataan ini sangat salah, karena seorang guru juga dapat diartikan sebagai “wagu” dan “kuru”.Wagu artinya; jelek, aneh, katrok, nazong, hal ini dilihat dari penampilan guru yang tidak modis, tidak menawan, tidak parlente; dan kuru yang artinya kurus, karena gaji yang diterima sebagi seorang guru itu kecil dan sedikit, bahkan tidak mencukupi untuk kelayakan hidup bagi dirinya apalagi untuk kebutuhan keluarganya. 

Hal ini mengilhami Iwan Fals untuk menciptakan lagu Oemar Bakri. Karena gaji guru masih kecil dan sedikit ini, banyak guru yang mencari tambahan penghasilan lainnya. Namun sebenarnya hal yang menggembirakan bagi seorang guru adalah keberhasilannya menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang unggul dan berkualitas. Guru yang berhasil adalah yang inputnya jelek dan rendah namun dapat dijadikan output yang bagus., seperti dalam film laskar pelangi.

Pemerintah saat ini menjanjikan kepada guru akan makin dimanusiawikan dengan menaikan gaji. Janji pemerintah itu terbukti dengan lahirnya UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen serta diikuti pelaksanaan Permendiknas No18, yaitu tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Penetapkan ini merupakan terobosan penuh harapan untuk memuliakan martabat guru demi peningkatan mutu pendidikan nasional. Sehingga profesi guru tidak lagi dipandang sebelah mata jika dibandingkan dengan profesi dokter, hakim dan bankir. Akhir kata, saya bangga menjadi seorang guru dan akan tetap semangat untuk terus menekuni profesi guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar