Rabu, 02 Juni 2010

Cara Sekolah Memotivasi Siswa Mencintai Buku

Belajar Menulis Langsung dari Penulis Buku

Hari buku nasional diperingati beberapa sekolah dengan berbagai cara. Yang menarik, salah satunya dilakukan SD Islam Al Irsyad dengan mengajak dan mengenalkan siswanya dengan toko buku. Selain bisa baca buku sepuasnya, siswa juga bisa bertemu langsung dengan penulis buku.

Nur Fitriana, Jember

---

PAGI itu raut wajah cerah ceria menghiasi wajah-wajah mungil nan manis dari SD Islam Al Irsyad Jember. Dengan menggunakan pakaian Pramuka, mereka yang diantar oleh orang tuanya masing-masing ke toko buku tempat pelaksanaan kegiatan itu disambut baik oleh para guru yang sudah lebih dulu datang.

Senyum-senyum polos pun tersungging di sudut setiap anak. Dengan telaten, guru-guru pun membimbing mereka untuk masuk ke dalam toko buku yang terletak di Jalan Trunojoyo tersebut. Suara riuh berebut masuk pun terdengar dari mulut mungil mereka, seperti sudah tak sabar dengan kegiatan yang baru pertama kali mereka lakukan itu, wisata buku.

Wisata buku, mungkin tak terlalu familiar jika dibandingkan dengan wisata ke tempat-tempat bersejarah ataupun ke tempat hiburan, seperti yang saat ini gencar dilakukan jika hari libur tiba.

Wisata buku ini terbilang sedikit unik. Sebab, para siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 5 dilibatkan secara langsung dalam mendalami aktivitas membaca, sekaligus belajar mencintai buku.

Dalam acara tersebut, siswa tak hanya diajarkan mengenal beragam buku. Khusus siswa kelas 3, 4, dan 5, bisa belajar langsung cara menulis buku dalam bedah buku kecil-kecilan karya (KKPK) milik Mizan.

Kali ini, karya milik Yoviena Kusuma Tamaranny yang menjadi acuan untuk belajar menulis sebuah buku di usia yang masih sangat belia. Karya yang berjudul Beautiful Friendship tersebut pun menuai pertanyaan cukup banyak dalam benak siswa-siswi SD Al Irsyad. Mereka yang belum mempunyai kegemaran menulis menanyakan banyak hal pada sang narasumber. Saking aktifnya, waktu yang diberikan seakan masih kurang bagi mereka.

Bedah buku tersebut memang ditujukan untuk siswa di kelas yang lebih tua. Sebab, di usia mereka, menulis menjadi alternatif cara untuk menumpahkan khayalannya.

Sedangkan untuk siswa-siswi kelas 1 dan kelas 2, cukup melakukan permainan yang berhubungan dengan edukasi. Mulai dari membentuk balon, permainan musik atau juga permainan lilin.

Salah seorang siswi kelas 1 begitu menikmati permainan balon tersebut. Baginya, adalah kali pertama dia ke toko buku. Ia bersama dengan teman-temannya terlihat begitu asyik berlarian dengan jilbab yang sudah hampir tak berbentuk, saking aktifnya bermain. Namanya Dayita Pramesti. Beberapa kali, dia mengusap ingus sambil terus bergerak aktif.

Menurut dia, kegiatan yang dilakukan bersama-sama teman-teman sekolahnya itu begitu mengasyikkan. Sebelumnya, Ia tak pernah ke toko buku.

"Aku senang karena bisa bermain sama teman-teman. Lain kali aku mau ke sini lagi sama Mama. Tapi aku nggak mau beli buku ah, harganya mahal-mahalnya," sahutnya dengan polos.

Seperti juga Dayita, Alif Husna Amalah, siswi kelas 5. Keduanya tampak antusias mengikuti celoteh Yoviena. Beberapa kali mengajukan pertanyaan pertanda antusias untuk belajar menulis. Meski mengaku lebih menyukai membaca komik serial detektif daripada novel, ia cukup antusias mendengarkan si penulis novel Beautiful Friendship.

"Senang sekali aku bisa interogasi penulisnya. Baca-baca buku gratis terus beli-beli juga," ujarnya dengan kata-kata sedikit meniru orang dewasa.

Dikatakan, membaca itu memang mengasyikkan. Apalagi jika membaca komik Jepang, detektif Conan kesayangannya. Waktu seakan berlalu dengan cepat jika sedang membaca komik kesayangannya itu. Baginya, petualangan yang dialami detektif cilik dengan topi berwarna merah selalu mengasyikkan untuk dibaca meski diulang-ulang.

Selain itu, dengan membaca, ia bisa memiliki pengetahuan yang luas. Meski bukan kali pertama Alif pergi ke toko buku, pengalaman mengobrol langsung dengan penulis buku seumurannya menjadi pengalaman yang sangat berharga. Dia ingin mengulangi pengalaman itu lagi di lain waktu.

Melihat antusiasme itu, sang guru pun berniat untuk melakukan kegiatan tersebut secara reguler. Dengan mendapatkan kesempatan untuk mengenal cara penulisan buku langsung dari penulis yang seusia mereka, diharapkan siswa dapat juga mencintai dunia tulis menulis sekaligus juga membaca buku.

"Dengan bertambahnya perbendaharaan buku, kami yakin, ilmu mereka juga akan bertambah," ungkap Sri Susanti Cahyani, Waka Kesiswaan SD Islam Al Irsyad.

Selain itu, pihaknya juga ingin memotivasi siswanya untuk lebih antusias dalam membeli buku yang sesuai dengan dunia mereka. Selama ini, banyak yang luput untuk tidak mengajarkan anak-anaknya tentang toko buku, serta buku-buku yang sesuai dengan usia masing-masing anak. Keseringan anak-anak melihat televisi, pergi ke pusat-pusat perbelanjaan akan membuat mereka lebih konsumtif.

Hal itu coba dinetralisasi kembali dengan mengembalikan kecintaan anak-anak pada buku dengan membimbing mereka semua ke toko buku. Orang tua wali murid juga diminta untuk membekali mereka dengan uang untuk membeli buku.

"Jadi daripada mereka membeli mainan atau jajan sembarangan, akan lebih baik jika mereka diajak untuk membeli buku," ujar Santi. Dengan begitu, diharapkan jika siswa memiliki uang saku, mereka akan menyisihkan sedikit uangnya untuk kembali lagi ke toko buku dan membeli buku yang bermanfaat untuk pengetahuan mereka. (*)
sumber : Radar Jember, 02 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar