Jumat, 12 Maret 2010

Jerat Seks Dunia Maya

Anda hobi berselancar ke dunia maya? Jika iya, mungkin saja Anda pernah chatting dan mengalami cyber love bahkan lalu ber-cyber-sex dengan 'kawan maya' Anda. Atau mungkin Anda suka mengunjungi surga dunia berupa situs-situs porno sekedar membuat adrenalin Anda terpacu melihat objek telanjang di dalamnya?
Jika sesekali saja mungkin Anda masih dikategorikan normal. Tapi jika sudah kecanduan dan susah melupakan kebiasaan itu, waspadalah!. Ini bisa berakibat fatal, perilaku berubah, hubungan suami-istri amburadul dan rumah tangga bisa jadi hancur dan perceraian hadir di depan mata.
Kimberley Young, seorang Psikolog Amerika mengungkapkan bahwa banyak pernikahan yang berumur antara 15-25 tahun rentan mengalami perceraian. Hal itu terjadi jika salah satu pasangan mereka ketahuan pernah melakukan cyber-affair (perselingkuhan cyber).
Tak dipungkiri, kehidupan modern dan teknologi yang semakin canggih membuat jangkauan pertemanan meluas, tak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun jadi. Internet sebagai penemuan terbesar dalam abad ini kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia.
Namun, setiap perkembangan selain manfaatnya tentunya juga akan memunculkan efek buruk. Dampak negatif itu terwakili oleh perselingkuhan di dunia maya dan kecanduan virtual seks. Internet yang tak hanya memberikan informasi ilmu pengetahuan, alih-alih telah menawarkan sebuah surga dunia dengan menyuguhkan hal-hal berbau pornografis dan erotica.
Tak heran jika lalu ada yang menyebut bahwa manusia adalah binatang seks. Internet bagi mereka layaknya rimba perawan nan menantang untuk ditaklukkan. Dan sebuah survei yang menguatkan tentang kecanduan seks para netter di internet pernah dilakukan oleh psikolog David Greenfield. Dari survei itu diperoleh data bahwa 6% dari 18.000 responden kecanduan berselancar di dunia maya.
Dalam pertemuan tahunan Asosiasi Psikolog Amerika, Greenfield mengatakan bahwa kecanduan internet memiliki kesamaan gejala dengan kecanduan obat bius. Itu berarti, pada internet, jutaan orang telah berhasil menemukan 'obat' baru.
Hasil penelitian Greenfield juga mengungkapkan bahwa pria dengan rentang usia antara 25-55 tahun memiliki kecanduan pada internet. Mereka rata-rata memiliki pendidikan dan penghasilan tinggi. Survei lain juga pernah dilakukan dan menemukan angka yang klop, 86% dari netter pria di Amerika suka dan tertarik pada online sex.
Ditengarai persoalan komunikasi menjadi penyebab utama orang beralih ke cybersex. Biasanya hal ini menyerang kaum pria karena mereka cenderung memiliki kekurangan dalam hal komunikasi verbal untuk mengungkapkan perasaan. Dalam pergaulannya pria memang mendapat perlakuan yang berbeda dari wanita. Contoh saja, pria dianggap cengeng dan tak jantan jika menangis. Padahal yang harus kita ketahui pada dasarnya perasaan pria dan wanita itu sama saja.
Perbedaan yang kentara antara pria dan wanita lainnya adalah pria lebih terangsang oleh stimulus visual atau pengamatan, sedang perempuan pada stimulus verbal. Itulah kenapa perempuan lebih senang dirayu dan pria lebih senang melihat perempuannya telanjang.
Tak hanya itu, fisik pun berpengaruh terhadap rangsangan seksual. Wanita yang lelah fisik atau kecapaian biasanya akan mengalami penurunan gairah seksual. Sedang pria yang meski lelah bekerja seharian atau terbilang sangat workaholic justru memiliki dorongan seksual yang besar. Nah, tak bisa dicegah jika lalu mereka mendapatkan solusi menyalurkan hasrat itu lewat situs seks yang 'on' 24 jam dalam sehari.

www. suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar