Kamis, 08 April 2010

Junaedi, Petugas Spesialis Memandikan Gelandangan dan Orang Gila

Aroma Busuk Melekat di Badan selama Sepekan

Tidak banyak yang kenal sosok Junaedi, 44, warga Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah. Tenaga borong kerja (boker) pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Banyuwangi itu dikenal sebagai ahli dalam menangani gelandangan dan pengemis (gepeng), serta orang gila (orgil).

RISKI NALANDARI, Banyuwangi

------------------------------------------------------

RAZIA gepeng dan orgil sesekali digelar oleh petugas gabungan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinsosnakertrans Banyuwangi. Begitu selesai dirazia, biasanya penampilan orgil dan gepeng itu langsung berubah. Mereka tampak lebih bersih setelah potong rambut, mandi, dan berganti baju.

Tetapi tahukah Anda, perubahan penampilan mereka tak lepas dari peran seorang relawan. Dia adalah Junaedi alias Edi yang tanpa segan membantu para orgil dan gepeng agar tampak bersih.

Junaedi merupakan tenaga boker di lingkungan Dinsosnakertrans Banyuwangi. Sehari-hari, Junaedi bekerja di bagian umum di Dinsosnakertrans. Dia menangani berbagai urusan, mulai yang kecil seperti mengantarkan surat, hingga membantu segala keperluan umum kantor.

Sekali waktu, dia ikut bertugas saat ada razia orgil. Tugasnya adalah membersihkan orgil dan gepeng yang terjaring razia.

Junaedi mengaku, sudah hampir enam tahun menjalani pekerjaan ini. Dua tahun sebelumnya, dia bertugas sebagai penjaga malam di Kantor Kearsipan di Jalan KH. Agus Salim. Enam tahun berikutnya, dia menjadi petugas bagian umum Dinsosnakertrans sekaligus relawan spesialis memandikan orgil.

Awalnya, Junaedi memandikan orgil dan gepeng karena diajari oleh mantan Kepala Dinas Sosial beberapa tahun lalu. Tanpa segan dengan jabatannya saat itu, Kadis tersebut langsung memandikan orgil dan gepeng yang terjaring razia. Saat itulah, Junaedi merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas yang sama. "Saya terinspirasi dari Pak Santo," tuturnya tanpa menyebut nama lengkap mantan Kadis tersebut.

Junaedi mengaku, awalnya merasa enggan memandikan orgil. Sebab, bau orgil dan gepeng sangat tajam dan sulit dihilangkan. Saking tajamnya aroma busuk orgil tersebut, sampai melekat di badannya selama satu minggu.

Menurut Junaedi, pertama kali memandikan orgil dan gepeng, dia merasa tak enak makan selama beberapa hari. Semua itu karena terbayang bau dan kotornya orgil yang dimandikan. "Pak Santo pernah menasihati saya agar melakukan pekerjaan dengan senang dan ikhlas. Semua itu dilakukan agar pekerjaan tidak terasa berat. Sehingga sejak saat itu, saya merasa ringan mengerjakan tugas tersebut," ujar suami Lara Dwi itu.

Saat ini, Junaedi sudah terbiasa memandikan orgil dan gepeng. Sudah tidak ada lagi rasa jijik dan ragu. Semua itu rela dia lakukan karena merasa terpanggil untuk membantu orgil dan gepeng. Sudah hampir enam tahun terakhir dia melakukan tugas tersebut sendirian. Sebab, selama ini tidak ada orang lain yang bersedia melakukan tugas tersebut. Hanya saja, terkadang petugas Satpol PP ada yang ikut membantu memotong rambut orgil. "Semua didasari oleh panggilan hati di dalam diri saya," ungkapnya.

Tugas yang dilakukannya adalah memotong rambut, membuka baju, memandikan, keramas, dan memakaikan baju yang baru. Dia juga harus memotong rambut kemaluan orgil tersebut. Semua itu dilakukan agar tidak ada bakteri. Oleh karena itu, dia langsung membakar pakaian dan barang-barang mereka.

Semua pekerjaan itu dia lakukan tanpa menggunakan sarung tangan. "Memang saya dianjurkan menggunakan sarung tangan dan sikat. Namun, terkadang justru kotorannya tidak hilang sepenuhnya. Sehingga, saya lebih suka tanpa sarung tangan waktu memandikan mereka," ujar pria yang juga gemar menyantap nasi tempong itu.

Junaedi mengaku sudah tak merasa jijik dan risih lagi. Padahal, terkadang dia juga harus memandikan orgil perempuan. Yang paling berat, saat dia harus membersihkan badan orgil yang terluka. Tidak jarang luka orgil itu busuk dan dimakan ulat akibat tidak pernah dirawat. "Kalau ada yang luka seperti ini, saya bersihkan dulu lukanya, baru dimandikan," tutur pria tiga anak itu.

Junaedi mengaku tidak pernah bernafsu meski memandikan orgil perempuan. Padahal, tak jarang juga ada orgil perempuan yang cantik. Meski bau busuknya juga telah dihilangkan, dia tetap merasa biasa saja. Kadang dia juga harus memakaikan pembalut kepada orgil perempuan yang sedang menstruasi. "Tidak pernah terbersit pikiran kotor seperti itu. Niat saya agar mereka bersih. Itu saja," ujar pria yang juga sering memandikan pasien di Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat Klinik Ketergantungan Obat (PKJM-KKO) itu.

Selama memandikan orgil dan gepeng, selalu ada pengalaman lucu yang dialami Junaedi. Contohnya, saat dia harus memandikan dua orang orgil laki-laki dan perempuan. Ketika selesai dimandikan, tiba-tiba dua orgil ini saling merayu dan berpelukan. Bahkan, kedua orgil beda jenis itu akan melakukan hubungan intim. Padahal, sebelum dimandikan, mereka tidak mau dekat satu sama lain. "Ya pokoknya saling merayu gitu," ujarnya sambil tertawa.

Ada satu lagi kejadian, ada orgil perempuan yang telanjang minta dibonceng dan minta diantarkan jalan-jalan. Junaedi juga sering mendapati orgil perempuan muda yang ditemukan dalam kondisi hamil. Oleh karena itu, dia merasa heran bagaimana mungkin ada orang yang tega melakukan hal seperti itu. "Suka-dukanya ya banyak, tapi tetap dijalani saja," tuturnya.

Sementara itu, tidak semua orgil dan gepeng selalu menurut apabila dimandikan dan dibersihkan. Terkadang mereka berontak dan menolak. Namun, Junaedi memiliki trik khusus untuk membuat mereka menurut, yaitu memberi mereka rokok terlebih dahulu. Setelah itu, biasanya mereka mau dimandikan dan dibersihkan.

Hingga sekarang, Junaedi juga memiliki kebiasaan unik setiap selesai memandikan orgil. Begitu tiba di rumah, dia selalu masuk ke kandang ayam terlebih dahulu. Setelah puas berada di kandang ayam, barulah dia mandi dan membersihkan semua kotoran di tubuhnya.

Setelah selesai mandi dan bersih, barulah dia berani masuk rumah dan bercengkerama dengan putrinya yang masih berumur empat tahun. Semua kebiasaan itu dilakukan agar anaknya tidak terkena bakteri yang mungkin terbawa saat memandikan orgil.

Selama bertugas, Junaedi mengaku selalu mendapat dukungan dari keluarga. Sang istri, Lara Dwi mengatakan, kadang saat suaminya habis memandikan orgil dan gepeng masih ada bau busuk yang menempel. Namun, dia hanya diam saja dan tidak pernah komplain. Hal itu merupakan bentuk dukungan yang diberikannya kepada Junaedi. "Sudah maklum kok," ujarnya. (bay)
sumber : radar banyuwangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar