Jumat, 30 April 2010

Sayap Pesawat Melibas, Mereka Pun Tewas (1)

Gara-gara nekat melintasi landasan pacu pesawat di Bandara Budiarto (Curug-Tangerang) dua pemuda tewas seketika. Motor yang mereka kendarai tersenggol sayap pesawat latih yang hendak mendarat.
“Yopiiiiiii!! Piiii!!” Begitu berkali-kali teriakan pilu keluar dari mulut Puji (19). Sekejap kemudian, ia limbung. Begitu sadar, Puji kembali memanggil-manggil nama adik bungsunya itu. Yang dipanggil tak akan pernah menjawab karena sudah terbujur kaku.
Senin itu (19/4), Yopi Hermawan (16), salah satu dari dua korban tewas kecelakaan di bandara, tengah berboncengan motor dengan kawannya, Azzumar (23). Mereka diduga sedang melintas di landasan pacu ketika pesawat latih jenis Tobago TB-10 yang dipiloti taruna Jurusan Penerbang Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), Sephazka Abdillah (19). Saat itu, Phazka bersama instrukturnya, Teeza Adiputra (23).
Ketika pesawat siap mendarat dengan kecepatan sekitar 300 km per jam, Yopi dan Azzumar melintas. Wussss... sayap pesawat pun menyenggol sepeda motor. Yopi dan Azzumar tewas di tempat.
Foto: Daniel Supriyono
Foto Model
Keluarga menyesalkan keputusan Yopi melintasi landasan pacu bandara. “Dia belum pernah ke sana sebelumnya,” kata ayah Yopi, Sahata (54). Senin pagi itu, Yopi baru pulang setelah menginap di rumah kakaknya. Di pintu pagar, Sahata yang hendak mengeluarkan motor berpapasan dengan Yopi yang juga membawa motor kakaknya. “Saya bilang, ‘Motor kamu keluar dulu, dong, Bapak enggak bisa keluar.’ Itu saja perbincangan terakhir kami,” kisah kepala SD itu lirih.
Selang dua jam, Sahata menerima telepon dari Puji. “Saya diminta datang ke Polsek terkait urusan Yopi. Saya pikir dia kecelakaan biasa.” Dugaan Sahata salah. “Di Polsek, saya diberi tahu, Yopi tewas dan berada di RSUD Tangerang. Lemaslah saya.”
Puji yang juga hadir di Polsek pun berkali-kali pingsan. Selama di Polsek, tak ada satu pun pihak bandara atau STPI yang datang memberi keterangan kepada keluarga Yopi. Bahkan Nia sempat curiga, mengapa adiknya dibawa ke RSUD Tangerang sementara kedua pilot dilarikan ke RS Siloam Karawaci. Setelah menolak dilakukan otopsi dan polisi mengizinkan jenazah Yopi dibawa pulang, jasad Yopi dimandikan lalu dibawa pulang untuk kemudian dikebumikan petang harinya.
Foto: Daniel Supriyono
“Saya sudah sering bilang ke Yopi, jangan suka bawa motor. Nanti saja kalau sudah umur 17 tahun, jadi sudah punya KTP dan SIM,” kisah Sahata. “Kalau kakaknya kerja, mungkin peristiwa ini tidak akan terjadi. Senin itu Puji sedang libur kerja,” sesalnya.
Sedangkan ibunda Yopi, Uju (50), tak putus memuji anaknya. “Dia suka berfoto. Kemarin ini fotonya baru dimuat di koran lokal. Dia memang suka sekali bergaya. Banyak yang meledek dia sebagai foto model koran. Yopi memang bercita-cita bisa nampang di majalah sebagai foto model beneran.” Keluarga menduga, Yopi ke kawasan bandara Budiarto hari itu untuk mencari lokasi pemotretan.
Yopi, lanjut Uju, juga manja. “Tidak boleh dikerasi. Makanya harus selalu dipanggil Aceng ( panggilan sayang). Kalau mandi paling lama. Sukanya bercermin dan foto-foto. Anakku memang ganteng bukan main,” puji sang bunda.
Tentang Azzumar, keluarga Yopi mengaku tak kenal. “Teman Yopi tidak banyak. Sama tetangga saja dia tidak akrab. Sebetulnya dia anak rumahan. Pulang sekolah, langsung masuk kamar.”
Sita Dewi/bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar