Jumat, 30 April 2010

Sayap Pesawat Melibas, Mereka Pun Tewas (2)

Akan halnya Teeza, ia terpaksa harus kehilangan kakinya. Pria yang tumbuh di lingkungan keluarga penerbang itu adalah taruna penerbangan angkatan 59 STPI dan lulus tahun 2007. Dua tahun kemudian, Teeza diangkat menjadi instruktur dan rencananya Sabtu (24/4) merupakan hari pertamanya bergabung dengan maskapai penerbangan Air Asia. Pada Sabtu itu pula, Teeza akan mengikuti pelatihan sebagai co-pilot.
Amputasi dilakukan karena infeksi pada luka di kakinya sudah menjalar ke bagian atas dan mencapai bagian paha. Sebagian paha Teeza sudah berwarna kehitaman. Demi menyelamatkan nyawanya dan mencegah infeksi menjalar ke mana-mana, kakinya harus diamputasi. Itu adalah operasi yang kedua sejak Teeza dilarikan ke rumah sakit. Operasi pertama dilakukan selama 12 jam untuk menyambung pembuluh darah yang rusak di kakinya akibat kecelakaan itu.
Operasi itu dilakukan (Selasa, 20/4), sang ibu, Endang P. Arie Moekmin, sempat panik karena harus mencari donor darah yang sesuai dengan darah putranya. Beruntung beberapa rekan Teeza sigap membantu. Sebelum masuk ke ruang operasi, Arie dan suaminya bergantian menciumi wajah Teeza yang masih tak sadarkan diri sambil membisikkan sesuatu.
Pascaoperasi, kondisi kedua pilot pesawat latih yang dirawat di ruang Intensive Unit Care (ICU) RS Siloam Karawaci itu masih kritis. “Keduanya masih dibantu alat pernapasan. Sekarang kami fokus pada penanganan dan belum bisa meramalkan kapan mereka sadar,” kata dr. Mangantar Marpaung, Wakil Direktur Medik, RS Siloam Karawaci.
Kini, setelah peristiwa maut itu terjadi, keamanan di Bandara Budiarto ditingkatkan. “Latihan tetap berjalan seperti biasa,” kata kepala STPI, Darwis Amini. Ia sangat menyayangkan, pengelola bandara membiarkan warga sekitar kerap mengambil jalan pintas di landasan pacu yang jelas-jelas amat berbahaya bagi keselamatan mereka. Sayangnya, pihak pengelola bandara belum bisa dimintai keterangan.
Sita Dewi
sumber : www.tabloidnova.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar