Jumat, 30 April 2010

Mimpi Buruk di Tanjung Priok (1)

Berawal dari rencana pembebasan lahan, akhirnya meledaklah kericuhan antara warga Koja dan Satpol PP. Perang batu, baku pukul, seret-menyeret, hingga membakar benda-benda yang ada di sekitarnya, tak terelakkan lagi. Puluhan korban luka parah, bahkan ada pula yang harus meregang nyawa. Inilah ungkapan kesedihan keluarga korban.
Airmata Aida Priyanti (23) rasanya kering sudah. Saat teman-temannya datang mengungkapkan belasungkawa di rumahnya di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta, bolak-balik ia berkata, “Gue batal kawin sama Bang Doden. Lihat, dia tampan, kan?” katanya sambil menunjukkan foto Ahmad Tajudin (26). Foto Ahmad Tajudin alias Doden itu terlihat lusuh tertekuk karena disimpan di dompetnya.
Doden adalah salah satu anggota Satpol PP yang tewas dalam bentrokan antara petugas dan massa di kawasan Koja, Tanjung Priok, Rabu (14/4). “Sampai sekarang rasanya masih tidak percaya dia sudah tidak ada,” kata Aida.
Mimpi-mimpi indah Aida dan sang kekasih pun sirna. Sebenarnya, Aida yang sudah empat tahun berpacaran dengan Doden, berencana menikah 10 Oktober tahun ini. “Dia juga sudah menyiapkan rumah, enggak jauh dari rumah orangtuanya,” lanjut Aida sendu.
Sebagian dana membangun rumah, kata Aida, adalah hasil tabungan Doden. “Bang Doden sering bilang, saya enggak boleh terlalu serring nonton. Katanya, mendingan uangnya ditabung buat bikin rumah dan untuk kawinan.”
Apa mau dikata, impian indah itu tak jadi kenyataan. “Masih kebayang, hari itu dia sempat pamit. Katanya ada tugas bongkar bangunan ilegal. Bukan bongkar makam. Saya cuma pesan agar dia hati-hati, jangan nyakitin orang.”
Kalung Jodoh
Meski Doden sudah sering bertugas menertibkan bangunan, entah
Aida menunjukkan kalung kenangan hadiah dari kekasihnya, Doden. (Foto: Henry Ismono/NOVA)
kenapa karyawati Sudin Kebersihan ini gelisah. Sekitar jam 01.30, ia menelepon Doden.
“Dia cerita, tangan kanannya sakit. Batin saya, mungkin tangannya kena pukul.” Itulah komunikasi terakhirnya dengan sang pujaan hati. “Setelah itu, HP nya ada nada dering tapi enggak diangkat.”
Sore hari, berita duka pun sampai ke telinga Aida lewat teman Doden. “Dia cuma bilang, Doden dapat musibah dan dikirim ke RS Cipto Mangunkusumo.” Bersama saudara lelaki dan perempuannya, Aida pun menuju rumah sakit. “Sepanjang jalan saya nangis terus.” Tangisan itu pun berubah menjadi jeritan histeris ketika ia mendapati Doden sudah tak bernyawa.
(Bersambung)
Henry, Sukrisna
sumber : www.tabloidnova.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar